Demokrasi itu tidak boleh “damai” pak Presiden, kalau demokrasi itu damai malah aneh jadinya. Bapak tau kenapa? Karena tidak mungkin semua orang memiliki pendapat dan pandangan yang sama, terlebih-lebih yang berkaitan dengan bangsa dan negara.
Tapi sebelum lanjut pak, biar kita satu definisi, mari saya jelaskan dulu apa yang saya maksud dengan damai dalam konteks demokrasi.
Damai dalam konteks demokrasi yang juga terkait pidato bapak kemari itu saya definisikan sebagai –tidak adanya perbedaan pendapat, atau –tidak adanya oposisi.
Pak, oposisi dan perbedaan pendapat dalam demokrasi itu ibarat sayap dari tubuh demokrasi. Kalau bapak potong sayapnya, nanti demokrasi kita nyungsep ke gorong-gorong pak.
Apakah bapak suka baca buku, atau tidak suka baca buku seperti wakil bapak? Semoga bapak suka baca karena saya mau merujuk buku yang berjudul The Democratic Paradox karya Chantal Mouffe.
Yang kurang lebih dalam salah satu poinnya menyebutkan bahwa konflik (perbedaan pendapat dan sejenisnya) merupakan esensi dari demokrasi itu sendiri. Kalau demokrasi damai tanpa konflik, bukan demokrasi lagi namanya pak, atau malah demokrasi semu?
Demokrasi yang semu, demokrasi yang pincang tentu bukan demokrasi ciri khas Indonesia pak.
Masih merujuk dari buku yang sama pak, sebagai pemimpin di sistem demokrasi harus sadar dan memiliki kemampuan merangkul serta menyatukan perbedaan pendapat, bukan malah anti perbedaan pendapat.
Juga ada pendapat dari beberapa ahli serta tokoh politik yang menyebutkan bahwa perbedaan pendapat dan oposisi merupakan bagian penting dari demokrasi.
- John Stuart Mill (Filsuf dan Ekonom Inggris) – Mill berpendapat bahwa kebebasan berpendapat dan adanya oposisi adalah esensial untuk mencari kebenaran. Ia percaya bahwa debat antara pandangan yang berbeda memungkinkan masyarakat untuk memahami berbagai sudut pandang dan meningkatkan pengetahuan kolektif.
- Alexis de Tocqueville (Sosiolog dan Penulis Prancis) – Dalam karyanya “Democracy in America,” Tocqueville mengamati bahwa perbedaan pendapat dan oposisi memainkan peran penting dalam menjaga kebebasan dan mencegah tirani mayoritas. Oposisi membantu memastikan bahwa tidak ada satu kelompok pun yang memiliki kekuasaan absolut.
- Noam Chomsky (Linguistik dan Aktivis Sosial Amerika) – Chomsky menekankan bahwa oposisi adalah kunci untuk mempertahankan demokrasi yang sehat. Ia berpendapat bahwa tanpa kritik dan perbedaan pendapat, masyarakat akan terjebak dalam dogma dan kehilangan kemampuan untuk menilai kebijakan secara kritis.
- Hannah Arendt (Filsuf dan Teoretikus Politik Jerman-Amerika) – Arendt berargumen bahwa pluralitas dan perbedaan pendapat adalah bagian fundamental dari ruang publik. Dalam pandangannya, keberadaan oposisi memperkaya diskursus politik dan mendorong partisipasi warga.
- Robert Dahl (Teoretikus Demokrasi Amerika) – Sebagai seorang teoritikus demokrasi, Dahl menyatakan bahwa demokrasi yang sejati memerlukan adanya berbagai pandangan dan oposisi untuk memastikan bahwa semua suara didengar dan diakomodasi dalam proses pengambilan keputusan.
Kan saya jadi curiga sama bapak kalau bapak tidak mau ada perbedaan pendapat, memang bapak mau meloloskan peraturan apa?
Jadi pak Presiden, demokrasi kita tidak boleh damai pak, demokrasi kita harus memiliki tubuh dan esensi yang utuh. Saya sangat ingin lihat suatu saat pemerintah dan DPR ribut karena perbedaan pendapat.
Dan… Tentu ribut yang dewasa ya pak, bukan yang destruktif, kita kan orang beradab yang memiliki eti…….