Baru-baru ini manajemen Trans Metro Dewata mengumumkan penghentian oprasionalnya yang dilakukan per 1 Januari 2025 kemarin. Dijelaskan bahwa penyebab utamanya karena kurangnya anggaran oprasional (dari APBN, TMD sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah pusat) dan kurangnya minat masyarakat Bali terhadap transfortasi publik.
Pemprov Bali yang tidak bisa berbuat banyak terkait keputusan dari pemerintah pusat, mungkin masih bisa kita maklumi karena pemerintah pusat baru saja berganti, banyak janji program yang harus direalisasikan, belum lagi bertambahnya jumlah kementrian yang semakin membebani APBN serta kebetulan pemenang pemilu di Bali “tidak satu gerbong dengan Presiden”.
Namun terkait kurangnya minat masyarakat Bali terhadap transfortasi publik, Pemprov Bali bukannya tidak bisa apa-apa, malah sebaliknya, banyak hal yang masih bisa dilakukan jika serius ingin mengajak masyarakat Bali untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
Indikator umumnya akan terkait fasilitas di 3 bagian utama ini: Fasilitas trotoar terintegrasi dengan koridor bus, fasilitas di haltenya dan fasilitas di dalam busnya itu sndiri. Keseriusan terkait ajakan menggunakan transfortasi publik akan terlihat dari layak dan maksimalnya fasilitas di 3 bagian utama tersebut.
Kita anggap saja fasilitas di 3 bagian utama tadi sudah maksimal atau setidak-tidaknya sudah layak, nah ternyata hal tersebut saja belum cukup, karena yang tidak kalah penting adalah strategi pemasaran dan promosi. Keseriusan akan terlihat apabila ada promosi intens terkait trnsfortasi publik, teknik promosi yang unik serta berani membuat aturan yang “radikal” demi mengajak masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
Memaksimalkan fasilitas dan melakukan strategi promosi secara serius sudah terbukti dapat meningkatkan minat masyarakat pada transfortasi publik. Berikut ini saya rangkum beberapa contoh nyata penerapan promosi serius terkait transfortasi publik dan transfortasi ramah lingkungan (bus, kereta, sepeda umum, dsb) yang telah dilakukan oleh beberapa negara khususnya di provinsi terkait.
1. Singapura: “Car-Free Sunday”
- Promosi: Singapura memperkenalkan inisiatif “Car-Free Sunday”, yang memblokir beberapa jalan utama di kota untuk mobil pada hari Minggu, dengan tujuan mendorong warga untuk beralih ke transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki.
2. London: “Boris Bike” (Sistem Sepeda Umum)
- Promosi: Pada awal peluncuran sistem sepeda umum yang dikenal dengan nama Boris Bikes (diberi nama setelah Wali Kota Boris Johnson), pemerintah London mengadakan acara-acara promosi dengan memberikan sepeda gratis kepada pengguna pertama, serta mengadakan perlombaan dan event sosial untuk memperkenalkan sistem ini ke masyarakat.
3. New York: “Free MetroCard Day”
- Promosi: Di awal pengenalan sistem kartu MetroCard untuk kereta bawah tanah dan bus, New York City melakukan promosi dengan memberikan MetroCard gratis pada beberapa titik keramaian di kota, serta mengadakan event promosi di stasiun yang mengundang orang untuk mencoba sistem transportasi baru.
4. Bogotá: “Ciclovía”
- Promosi: Salah satu program yang sangat ikonik di Bogotá adalah Ciclovía, yang menyulap jalan-jalan utama kota menjadi jalur sepeda dan pejalan kaki pada hari Minggu. Selama Ciclovía, kendaraan bermotor dilarang masuk ke jalan-jalan tertentu, sementara warga diajak untuk bersepeda, berjalan kaki, atau menggunakan transportasi umum.
5. Kopenhagen: “Bike-to-Work Day” dan Promosi Sepeda
- Promosi: Kopenhagen memiliki budaya sepeda yang sangat kuat, dan pemerintah sering mengadakan acara-acara promosi sepeda seperti “Bike-to-Work Day”, di mana warga diajak untuk bersepeda ke tempat kerja pada hari tertentu. Mereka juga memberikan hadiah dan insentif bagi yang paling banyak bersepeda, seperti voucher belanja atau akses gratis ke fasilitas tertentu.
6. Seoul: “Subway No-Show Day”
- Promosi: Salah satu cara yang unik yang digunakan Seoul untuk mempromosikan penggunaan kereta bawah tanah adalah dengan mengadakan “Subway No-Show Day”, di mana pada hari tertentu, warga diminta untuk tidak menggunakan kereta bawah tanah secara serentak untuk merasakan betapa sesaknya jika semua orang beralih ke transportasi pribadi.
7. Hong Kong: “Try Octopus Card for Free”
- Promosi: Untuk mempermudah adopsi penggunaan kartu Octopus yang digunakan untuk pembayaran transportasi umum, Hong Kong menawarkan promo percakapan gratis atau diskon bagi pengguna baru yang pertama kali mencoba kartu ini.
8. Tokyo: “Travel Tips by Train” Campaign
- Promosi: Tokyo melakukan promosi melalui kampanye “Travel Tips by Train” yang mengedukasi masyarakat tentang cara terbaik menggunakan kereta bawah tanah dan kereta komuter. Mereka menggunakan stasiun-stasiun besar untuk mengadakan event edukasi dan memberikan panduan perjalanan gratis kepada orang-orang yang baru pertama kali menggunakan transportasi umum di Tokyo.
9. Zurich: “Public Transport Week”
- Promosi: Zurich memperkenalkan “Public Transport Week” yang menawarkan tiket gratis atau diskon besar pada berbagai jenis transportasi umum selama seminggu penuh. Event ini diadakan untuk memperkenalkan sistem transportasi baru dan mendorong lebih banyak orang untuk mencoba menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi.
Kita bisa lihat bahwa negara khususnya penerapan di daerah provinsinya masing-masing yang sukses mengajak masyarakatnya untuk memakai transfortasi publik memiliki “cara promosi unik” atau melakukan promosi secara serius dengan strategi yang efektif.
Karena Pemprov Bali belum melakukan promosi secara “unik”, atau belum terinspirasi dari strategi yang sudah terbukti di berbagai negara tersebut, kita bisa katakan bahwa sesunggunya pemerintah Bali tidak benar-benar serius ingin mengajak masyarakat Bali untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
Dan kata-kata “kurangnya minat masyarakat Bali terhadap transfortasi publik” tidak layak dilontarkan karena usaha untuk meningkatkan minat tersebut saja tidak dilakukan dengan serius oleh pemerintah, khususnya Pemprov Bali.